Hari Ini

BEKERJA PINTAR bukan BEKERJA KERAS

Update at 20.35. Dalam topik Managerial

Kerja keras merupakan sebuah syarat yang harus dilakoni oleh seorang pengusaha dalam merintis usahanya. Namun untuk sekarang ini, hanya dengan kerja keras tidaklah cukup. Selain kerja keras, kita harus bekerja pintar. Bahkan tidak bisa dipungkiri, banyak generasi sekarang yang merintis usaha dengan kerja pintar, bukan kerja keras.

Pada proses menjadi bekerja pintar, belajar merupakan suatu kegiatan yang utama. Dan hal tersebut tidaklah mudah, karena kita harus bekerja keras bahkan lebih keras dari biasanya. Namun setelah kita punya kemampuan untuk bekerja pintar, maka kerja keras kita secara fisik akan mulai berkurang.

Arti belajar itu sendiri adalah sebuah upaya untuk meningkatkan kemampuan, seperti misalnya seorang bayi yang belajar berjalan, ia sedang dalam proses meningkatkan kemampuannya dari merangkak menjadi berjalan. Seringkali kita kurang tepat menafsirkan arti belajar, seolah olah belajar hanya untuk anak kecil atau orang bodoh saja, sedangkan orang yang bekerja ataupun orang pintar tidak perlu belajar. Padahal seorang yang sudah bekerja ataupun orang pintarpun tidak akan meningkat kemampuannya jika ia tidak belajar. Pandangan umum tentang proses belajar inipun juga kurang bagus, seolah-olah belajar merupakan usaha yang tidak menghasilkan.

Memang dalam proses belajar seringkali hasil yang diperoleh tidak langsung terlihat, bahkan cenderung membutuhkan pengorbanan waktu, tenaga, biaya dan pikiran yang banyak. Namun jika proses belajar bisa berjalan dengan baik dan kita bisa bekerja dengan lebih pintar, hasil yang diperoleh seringkali melebihi/berlipat-lipat dari hasil usaha yang hanya mengandalkan kerja keras.

Mari kita lihat pelajaran yang bisa kita ambil dari kehidupan di masyarakat. Kita bisa melihat seorang kuli bangunan, dia bisa menjadi seorang kuli terus sampai dia sudah tidak kuat menjadi seorang kuli karena sudah tua, atau dia bisa berubah dari kuli menjadi laden tukang (asisten tukang), lalu menjadi tukang bahkan menjadi mandor ataupun pemborong, tergantung kemauan dia untuk belajar. Jika dia tidak mau belajar, maka dia akan terus menerus bekerja keras menjadi seorang kuli dengan upah yang tidak banyak, sedangkan jika dia mau belajar dia akan meningkat menjadi laden tukang dan seterusnya, yang tentu saja tenaga yang dikeluarkan akan lebih sedikit namun upah yang diterima menjadi bertambah banyak. Bahkan jika dia menjadi seorang mandor ataupun pemborong, maka tenaga fisiknya sangat sedikit sekali digunakan, digantikan dengan kerja otaknya dan itu membuat dia dibayar lebih tinggi dari yang sebelumnya ketika dia banyak menggunakan tenaga fisik.

Mungkin kita pernah mendengar cerita sukses seorang pedagang mie ayam di Jakarta yang menjadi seorang juragan yang memiliki 700 gerobak mie ayam, (bisa kita bayangkan berapa penghasilannya, jika dalam sehari dia hanya mendapat setoran Rp. 1000/ gerobak) bahkan punya show room mobil sebagai usaha sampingannya. Atau mungkin cerita seorang tukang becak di Jawa Timur yang menjadi pemilik toko bahan bangunan yang beromzet jutaan, dengan modal dari hasil mengayuh becak yang dikumpulkannya sedikit demi sedikit.

Kami kira hal tersebut diatas tidaklah mungkin bisa terjadi tanpa adanya proses belajar.

Coba bayangkan seorang pedagang mie ayam dari sebuah desa terpencil diperbatasan Jawa Timur-Jawa Tengah, yang mengadu nasib ke Jakarta mampu mengatur 700 orang lebih jika tidak mempunyai kemampuan bekerja pintar.

Perencanaan, kerja keras dan evaluasi merupakan bagian tidak terpisahkan untuk mencapai kesuksesan, serta ritual yang harus terus menerus dilakoni. Namun hal tersebut tidak akan menunjukkan hasil yang maksimal, jika kemampuan kita kurang, untuk itu kita perlu melakukan sesuatu yang harus dilakukan oleh siapapun dan bidang apapun untuk mencapai sukses, yaitu Belajar.

Bahkan boleh dikatakan bahwa perencanaan dan evaluasi itupun merupakan bagian dari proses belajar.

Tulis Komentar Kamu dibawah, pilih Name/URL atau pilih Anonymous.

0 Komentar untuk "BEKERJA PINTAR bukan BEKERJA KERAS"