Hari Ini

Sebuah realita bisnis : Berubah atau kalah

Update at 20.17. Dalam topik Bisnis kecil,Pemasaran


Coblak-cublak suweng…
Suwenge teng gelenter…
Mambu ketundung gudel..


Beberapa penggal bait lagu jawa anak-anak diatas mungkin akan mengingatkan kita pada lagu dolanan waktu kecil. Lagu tersebut boleh dibilang sudah tidak pernah terdengar lagi, karena saking jarangnya kita mendengar. Bahkan anak-anak jaman sekarang mungkin sudah tidak mengenal lagu tersebut, mereka lebih mengenal lagu si Komo lewat yang ngetop beberapa tahun lalu atau mungkin lagu teman tapi mesra atau lagu-lagu terbaru lainnya yang format/ jenis iramanya sudah berubah dibanding beberapa tahun lalu. Begitu juga dengan permainan mobil-mobilan dari kulit jeruk, atau senapan dari bambu, sekarang kita sudah tidak pernah melihat lagi. Semuanya sudah berubah. Kira-kira yakinkah anda jika sekarang ada orang yang bisa sukses menjual rekaman lagu-lagu atau permainan yang saya sebut diatas dalam bentuk aslinya seperti dulu, tanpa perubahan, tanpa modifikasi apapun?!. Saya yakin, anda tidak akan yakin itu akan berhasil dan sukses.

Jika kita mau bisnis kita bisa tetap berjalan, kita harus menyesuaikan dengan perubahan, karena hampir semua yang ada di dunia pasti berubah. Bahkan kebutuhan manusiapun bisa juga berubah, kecuali kebutuhan dasar manusia tersebut, namun cara pemenuhan kebutuhan tesebut tetaplah berubah.
Komunikasi kuno dengan menggunakan asap | img : scout.org

Manusia merupakan mahluk sosial yang butuh berkomunikasi dengan manusia lain. Hal tersebut dari dulu sampai sekarang tidak berubah, namun cara pemenuhan kebutuhan tesebut berubah. Jaman nenek moyang kita dulu mungkin mereka hanya berkomunikasi dengan bahasa atau kode-kode yang sangat sederhana. Dengan bahasa ah...uh..oh, mungkin mereka sudah merasa cukup, sekarang jika anda berbicara dengan orang lain dengan bahasa ah..uh..oh, mungkin orang akan segera pergi menjauhi anda, karena mengira anda orang gila. Pun untuk berkomunikasi jarak jauh, dulu mungkin orang masih menggunakan kode asap, teriakan, burung merpati. Sekarang kira-kira apakah anda (yang ada di Surabaya) mau mempraktekkan cara tersebut untuk berkomunikasi dengan orang yang ada di Jakarta?.

Sekarang mari kita kaitkan dengan bidang kita sebagai pengusaha yang harus melayani orang lain (pembeli/ konsumen). Tidak ada satu produkpun yang akan laku dijual jika tidak berfungsi untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Jadi kita harus menyesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Jika kebutuhan konsumen berubah, maka kita harus ikut berubah sesuai dengan kebutuhan konsumen tersebut, atau kita mencari konsumen yang bisa menggunakan produk yang kita tawarkan untuk memenuhi kebutuhannya.

Untuk itu kita harus terus menerus memantau dan mencari setiap kesempatan/ peluang usaha yang muncul dari suatu perubahan. Seperti sebuah ungkapan “dalam setiap perubahan, pasti ada peluang”, maka kita harus selalu siap untuk mengikuti perubahan dan menangkap peluang yang ada. Kita terlambat sedikit saja, akan ada orang lain yang siap menangkap peluang tersebut.

Kita mungkin bisa melihat ketika terjadi perubahan penggunaan alat komunikasi dari hanya telepon rumah ke telepon genggam (HP), untuk memenuhi kebutuhan alat komunikasi. Orang-orang yang berbisnis HP pada awal-awal perubahan tersebut, bisa menikmati keuntungan yang besar, karena waktu itu harga HP masih cukup mahal. Kemudian karena banyak orang yang melihat peluang tersebut dan melihat keuntungan yang menggiurkan, maka mulai banyak orang yang mulai ikut-ikut berbisnis HP. Lalu karena saking banyaknya orang yang berbisnis HP, maka terjadi Booming. Orang mulai menurunkan harga untuk menghadapi persaingan yang mulai ketat. Ketika persaingan tambah ketat, orang mulai banting harga, yang tentu saja akan mengurangi keuntungan. Dalam kasus ini, siapakah yang paling banyak mendapat keuntungan dari bisnis alat komunikasi? Tentu orang-orang yang pertama menangkap peluang tersebut.

Sekarang ketika HP sudah bukan hanya sebagai alat komunikasi, namun juga sudah menjadi simbol status/ gengsi, siapa yang akan mendapat keuntungan besar dari perubahan tersebut? Tentu orang yang jeli melihat perubahan dan peluang usaha yang ditimbulkannya. Dan yang pasti, hal tersebut berlaku hampir disemua bidang usaha. Orang yang berjualan televisi multi warna tentu lebih menguntungkan dibanding berjualan TV dua warna (hitam putih), yang mulai tidak diminati orang? Orang yang berjualan kendaraan bermotor, untuk sarana transportasi, tentu lebih menguntungkan dibanding kuda atau kerbau, karena orang sudah jarang menggunakan kuda sebagai sarana transportasi.

Makanan tradisional yang bentuk dan kemasannya dirubah dengan tampilan yang lebih bagus | img : kotasalatiga.com 
Jadi seperti pertanyaan diatas, yakinkah anda jika sekarang ada orang yang bisa sukses menjual suatu produk yang sama dari waktu kewaktu, tanpa perubahan, tanpa modifikasi apapun?!

Bahkan Kalau kita perhatikan penjual klepon disepanjang jalan di daerah gempol, Pasuruan, mereka juga merubah beberapa hal, baik pada penataan barang yang lebih rapi dan menarik. Atau pada pemberian papan nama yang menunjukkan barang yang dijual ataupun nama warung tempat mereka berjualan agar pembeli tidak keliru mampir ke warung lain, ataupun pada bungkus yang sudah menggunakan kotak kardus yang baik, bersih dan menarik. Dan hasilnya mereka masih bisa eksis sampai sa’at ini, bahkan pembelinya pun tidak sedikit dari kalangan bermobil (kalangan menengah).

Semuanya sudah berubah. Lalu siapakah orang yang kalah?

Tulis Komentar Kamu dibawah, pilih Name/URL atau pilih Anonymous.

0 Komentar untuk "Sebuah realita bisnis : Berubah atau kalah"